Firman Allah Ta’ala, “Darinya (bumi/tanah) kalian berasal, dan padanya Kami mengembalikan kalian, dan darinya kalian akan Kami bangkitkan sekali lagi.” (Q.S. Thaa-haa 20 : 55)
Dan firman Allah Ta’ala, “Dan Allah telah menumbuhkan kalian dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kalian padanya, dan mengeluarkan kalian dengan sebenar-benarnya.” (Q.S. Nuh 71 : 17-18)
Dan dalilnya firman Allah Ta’ala, “Dan hanya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat buruk sesuai dengan perbuatan mereka, dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang yang terbaik.” (Q.S. An-Najm 53 : 31)
وَمَنْ كَذَّبَ بِالْبَعْثِ كَفَرَ
Barangsiapa yang tidak mengimani kebangkitan ini, maka dia kafir.
Dan dalilnya firman Allah Ta’ala, “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka tidak akan dibangkitkan. Katakan: Tidaklah demikian. Dan demi Tuhanku, kalian pasti akan dibangkitkan, dan diberitakan kepada kalian apapun yang telah kalian kerjakan. Yang demikian itu adalah amat mudah bagi Allah.” (Q.S. At-Taghaabun 64 : 7)
Dan dalilnya firman Allah Ta’ala, “Kami telah mengutus rasul-rasul menjadi penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan, supaya tidak ada lagi suatu alasan bagi manusia membantah Allah setelah diutusnya para rasul itu.” (Q.S. An-Nisaa’ 4 : 165)
Dan dalil yang menunjukkan bahwa rasul pertama adalah Nabi Nuh firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu Muhammad sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan para nabi sesudahnya” (Q.S. An-Nisaa’ 4 : 163)
Dan setiap umat, Allah telah mengutus kepada mereka seorang rasul, mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad, memerintahkan mereka untuk beribadah kepada Allah semata, dan melarang mereka beribadah kepada thaghut.
Dan dalilnya firman Allah Ta’ala, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul untuk menyerukan, ‘Beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah thaghut.’” (Q.S. An-Nahl 16 : 36)
Ibnu Al-Qoyyim rahimahullah ta’ala mengatakan, “Makna thaghut adalah setiap yang diperlakukan seorang hamba secara melampaui batas, dari yang disembah, diikuti, atau dipatuhi.”
Dan dalilnya firman Allah Ta’ala, “Tiada paksaan dalam memeluk agama ini. Sungguh telah jelas kebenaran dan kesesatan. Untuk itu, barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia benar-benar telah berpegang teguh dengan tali yang terkuat, yang tidak akan terputus tali itu. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqoroh 2 : 256). Dan inilah makna “la ilaha illallah”