Cabang yang paling tinggi adalah syahadat “Laa ilaha illallah”, sedangkan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan sifat malu termasuk cabang dari keimanan.
Dan rukun iman ada enam: Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
Firman Allah Ta’ala, “Kebaikan itu bukanlah sekedar menghadapkan wajah kalian (dalam shalat) ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan adalah siapa yang beriman kepada Allah, hari akhir, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi.” (Q.S. Al-Baqoroh 2 : 177)
Tingkatan (islam) ketiga: Ihsan, rukunnya hanya satu, engkau beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia Maha melihatmu. Dan dalilnya:
Dan firman Allah Ta’ala , “Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika engkau berdiri untuk sholat dan melihat perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Asy-Syu’araa’ 26 : 217-220)
Dan firman Allah Ta’ala, “Dalam keadaan apapun kalian berada, dan ayat apapun dari Al-Qur’an yang kalian baca, serta pekerjaan apa saja yang kalian kerjakan, tidak lain Kami adalah menjadi saksi atas kalian di waktu kalian melakukannya.” (Q.S. Yunus 10 : 61)
Dan dalil dari sunnah, yaitu: hadits Jibril yang terkenal, dari ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, putih sekali pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari safar (bepergian jauh) dan tiada seorang pun di antara kami yang mengenalnya.
Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyandarkan kedua lututnya ke kedua lutut beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, seraya berkata, ‘Wahai Muhammad, beritahu aku tentang islam’ Maka beliau menjawab, ‘Engkau bersyahadat bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melakukan haji ke baitullah jika engkau mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana’. Lelaki itupun berkata, ‘Engkau benar.’ Umar mengatakan, ‘Kami merasa heran kepadanya, dia bertanya kepada beliau dan dia pula yang membenarkannya.’
Lalu dia berkata, ‘Beritahu aku tentang iman’. Beliau menjawab, ‘Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari akhir, serta beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk’. Dia pun berkata, ‘Engkau benar.’ Kemudian dia berkata, ‘Beritahu aku tentang ihsan.’ Beliau menjawab, ‘engkau beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia Maha melihatmu.’
Dia berkata lagi, ‘Beritahu aku tentang waktu kiamat.’ Beliau menjawab, ‘Yang ditanya tentang hal tersebut tidak lebih tahu dari yang bertanya.’ Dia berkata, ‘Beritahu aku dari tanda-tandanya.’ Beliau menjawab, ‘Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya, dan apabila engkau melihat orang-orang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, melarat, pengembala domba, mereka saling membangga-banggakan diri dalam membangun bangunan yang tinggi.’ Umar mengatakan, ‘Lalu dia pergi.’ Sementara kami berdiam diri saja dalam waktu yang lama, sehingga Nabi bertanya, ‘Hai Umar, tahukah engkau, siapakah yang bertanya itu?’ Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Dia adalah Jibril, telah datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kalian.”